Penayangan Marvel’s Black Widow pekan lalu (09/07) di layar lebar global membawa angin segar bagi para penggemar MCU. Film ber-budget sekitar USD 200 juta tersebut membawa misi besar untuk mengangkat karakter Natasha Romanoff (Scarlett Johansson) dari ‘bayangan’ karakter dominan MCU lainnya, dan tentu saja memberikan kesempatan luas untuk menjelaskan identitas aslinya.
Kilas Balik Identitas Black Widow (tanpa Spoiler)
Black Widow pertama kali muncul di Iron Man 2 (2010) dengan nama samaran Natalie Rushman yang menyamar sebagai asisten pribadi Tony Stark (Robert Downey Jr.). Dari film itu, hanya diketahui bahwa Natasha Romanoff bekerja untuk S.H.I.E.L.D, tanpa latar belakang jelas bagaimana salah satu karakter paling ‘berdarah’ di Marvel Universe itu bisa berpaling dari sejarah kelamnya.
Dibanding karakter-karakter MCU lainnya, bisa dibilang Natasha Romanoff kurang mendapat sentuhan “manusiawi”, dalam artian, keberadaannya hanya sekilas berperan untuk menjadi karakter pendukung. Itulah kenapa, kedalaman karakternya hanya bisa dicerna kebanyakan penonton awam sebagai “oh, si agen seksi yang super lincah itu yah”.
Setelah hampir satu dekade karakter Black Widow “terkatung-katung”, akhirnya Disney menggelar layar lebar versi solo-nya.
Black Widow Bukan Sekedar ‘Sexy Spy’
Di dalam penayangan terbaru MCU ini, sutradara Cate Shortland mengutarakan, karakter Natasha Romanoff memang identik dengan arketip ‘agen wanita seksi’, karena memang bagi karakter Black Widow, seksualitas hanyalah salah satu alat untuk menyelesaikan tugasnya, bagian dari dirinya, tapi bukan esensi identitasnya secara keseluruhan.
Itu artinya, Black Widow menggunakan seksualitas semata karena dia perlu menutupi identitas aslinya. Dibalik itu, karakter Natasha Romanoff menyimpan banyak rahasia kelam yang dia sendiri berusaha mati-matian untuk menebusnya.
Disebutkan dalam film ini, Black Widow adalah nama samaran yang diperolehnya dari agensi soviet (fiktif) Red Room. Pada agensi tersebut, semua agen didoktrin dan dilatih paksa dari usia dini untuk menjadi pembunuh efisien.
Sekian lama bebas dari agensi tersebut, Natasha Romanoff harus berurusan dengan salah satu ‘ledger’-nya (kontraktor) yang menjerumuskannya kembali ke jurang kelam masa lalunya.
Dari segi psikologis, film ini ingin menampilkan bagaimana karakter Black Widow menghadapi kenyataan hidupnya sebagai ‘alat’ bagi kaum penguasa untuk menjalankan rezim-nya. Pada awalnya, dia berusaha mengekang emosi dengan terus menjalankan misi-misinya. Sebagai efek samping, dia menjadi semakin terisolir secara emosional dengan orang-orang lain.
Penonton akan mengetahui bagaimana proses perubahan pribadi Natasha Romanoff dari mata-mata berdarah dingin hingga menjadi superhero pada film ini.
Ucapan Selamat Tinggal Scarlett Johansson Bagi Black Widow
Dilansir dari interview Scarlett Johansson, dia mengatakan ini akan menjadi film terakhirnya selama lebih dari 10 tahun menjadi salah satu ikon Marvel Cinematic Universe (MCU). Dia merasa puas dengan hasil dari film solo terbaru-nya dan mengungkapkan ulur-tangannya jika Marvel berkeputusan untuk berkolaborasi dengannya lagi.
Di lain pihak, Marvel mengutarakan karakter Yelena (Florence Pugh) memiliki kesempatan besar untuk menjadi “the next Black Widow”.
From geekie to beauty stuffs, he can handle it all. Namanya sih cantik, tapi percayalah, dia cowok tulen. Di waktu senggang, Renata mengisi waktunya dengan maen game via Steam.