Review Palworld, Tampang Pokémon, Kelakuan Ark Survival

Loading

Masuk awal tahun 2024, dunia Gaming dibuat heboh dengan rilisnya Palworld, salah satu game Indie besutan studio Pocket Pair yang membawa “formula” baru dalam genre Monster Collector. Jumlah pemainnya ga ngotak, baru beberapa hari dari Early Access Launch-nya (01/19), total pemain aktifnya menembus 1,8 juta dalam satu waktu (Concurrent User) di platform Steam. Itu jumlahnya udah ngalah-ngalahin All-Time Peak CS 2 dan Dota 2. Penasaran? Nih, cek Review Palworld di sini:

Nah, pertanyaannya nih, koq bisa game Indie yang promosinya minim, tahu-tahu meledak popularitasnya? Emang apa sih yang bikin nih game sukses banget?

Berangkat dari Genre Survival

Perlu diketahui, studio Pocket Pair sebenarnya sudah berpengalaman di Genre Survival dengan game debutan mereka, yaitu Craftopia. Jadi ga heran, kalo Palworld mampu meracik elemen-elemen genre Survival seperti Crafting dan Resource Management ke dalam game koleksi monster ini.

Tak main-main, Pocket Pair menggunakan Unreal Engine 5 untuk mengangkat performa Palworld ke tahap evolusi permainan yang belum pernah pemain rasakan sebelumnya. Dari pengalaman main di PC, bisa dibilang performanya cukup bersahabat untuk PC kelas mid-range.

PalWorld Itu Kulitnya Doang Ala Pokémon

Salah satu alasan kenapa Palworld sangat “familiar” (karena itu mudah diterima pasar) bisa dibilang karena game ini menggunakan Art Style yang mirip banget sama Pokemon. Tapi menurut opini saya sih (si penulis), cuma disitu aja kemiripannya.

Dari sisi permainan, Palworld sudah tak dapat dibandingkan dengan formulasi konvensional Pokemon.

Eh ada ding, tapi paling cuma elemen Monster Catching-nya doang. Kalo di Pokemon pakai Pokeball, di Palworld namanya jadi Pal Sphere

Sisanya? Sama sekali beda…

Dari Battle, Pokemon sejak dulu formatnya Turn-Based, alias gebuknya kudu ngantri dulu, kalo Palworld jelas sudah Real-Time, jadi lebih kerasa tawurannya.

Terus juga dari Core Gameplay Loop, Pokemon ya formulanya gitu-gitu aja, linear banget dari satu Gym ke Gym laen ngumpulin Badge kayaq bocah pramuka. Lah kalo Palworld? Kalian jadi berandal, kudu puter otak pake SEGALA CARA buat bertahan hidup, termasuk perbudakan dan efisiensi brutal (yah namanya juga Survival, bro).

Jadi kalau amit-amit nih, semisal The Pokemon Company (punya Nintendo) nge-Sue Palworld gara-gara mirip Art Style-nya, si Pocket Pair tinggal main sulapan aja ganti desain Monster-nya (ngakak, inget kasusnya Moonton vs Riot). Toh, yang akhirnya bikin pemain jatuh cinta sama Palworld bukan cuma kulit-nya tapi juga karena permainannya yang jelas jauh lebih kreatif daripada pendahulunya.

Review Palworld: Emang Boleh Se-Brutal Itu?

Dibilang brutal sih sebenarnya yah masih masuk standar brutal genre Survival pada umumnya, yah. Di game ini, Developer masih memberikan sensor untuk menutupi aspek Gore-nya, dan masih banyak “Moral Compass” lain yang juga sebenarnya mereka tambahkan untuk mengingatkan pemain bahwa game ini hanya akan menjadi sekejam atau sebrutal batasan terliar pemain saja.

Maksudnya, meski Palworld jelas-jelas memasukkan tema kekerasan dan perbudakan para Pals itu sendiri, bukan berarti semua pemain akan dipaksa untuk menyiksa Pet favorit mereka hanya untuk sekedar menyelesaikan misi atau naik ke tingkat difficulty berikutnya.

Memang inti dari permainan genre Survival adalah efisiensi, tapi di Palworld pemain masih diberikan kebebasan untuk memanusiakan atau memeras para Pals semaunya.

Pemain bebas menentukan irama kerja, mau santai, mau kerja rodi, silahkan…

Bebas juga mau kasih makan Pals-nya apa aja, kasih Pancake bisa, kasih harapan palsu juga bisa…

Setelah kerja Pals-nya di-reward treatment Hot Spring boleeh, atau digorok lehernya buat jadi makanan juga ga ada yang nglarang…

Tapi dicatat yah, ini semua pengalaman bermain di mode Single-player aja. Bisa jadi standar brutalnya akan beda jauh kalau sudah multiplayer atau PVP, dimana efisiensi adalah segala-galanya.

Apa Sih Fitur Yang Bikin Palword Jadi Trendsetter?

Terus terang, sebenarnya semua fitur yang ada di Palworld bukanlah fitur unik yang hanya dapat dirasakan secara eksklusif. Kalau kalian pernah bermain Ark: Survival Evolved, sebenarnya Palworld punya alur permainan yang serupa, yaitu Tame, Collect, Expand, Exploit.

Secara, misi utama kalian adalah tangkap untuk menjinakkan Pal (Tame), koleksi semua Pal semampumu (Collect), dirikan bangunan/sistem untuk bertahan hidup dan memperluas jaringan sumber daya (Expand), lalu gunakan sumber daya kalian untuk menguasai lawan (Exploit).

Seiring naiknya level karakter pemain, semakin banyak opsi teknologi yang terbuka. Pemain dapat menggunakan teknologi baru untuk memperkuat pertahanan markas, atau senjata dan Pals Sphere untuk membantu menangkap Pals. Ya memang kalau di genre Survival itu sendiri, fitur ini sudah lumrah banget.

Jadi, benernya itu Palworld tidak menghadirkan inovasi atau formula permainan yang sangat unik atau original banget, tapi itu karena fanbase-nya Pokemon masih belum puas dengan game-game pendahulunya {Scarlet ‘n Violet, halooo? Masih ada yang maen?)

Sudah Saatnya Standar Usang Pokémon Lengser

Wah topik satu ini, sensitiiiiiiiiiiiip…

Nintendo selama puluhan tahun sudah jadi De-Facto penguasa franchise Pokemon dan mendikte secara absolut ke arah mana perkembangan development-nya.

Yang namanya Fans, tentu akan membela franchise klasik ini apapun kondisinya, meski Game Freak (Dev Pokemon, tapi di bawah keteknya Nintendo) hanya mendaur ulang formula lama hingga generasi entah ke-berapa.

Masih di satu negara yang sama, Pocket Pair adalah Self-Published Indie Dev dengan jumlah karyawan kurang dari 50 orang, tapi mereka berani meluncurkan Palworld dengan bantuan Unreal Engine 5. Terlepas dari Art Style yang relatif mirip, coba perhatikan detail Open World mereka, jauuuuuuuuuuuh banget dari Open World gim Pokemon generasi terakhir.

Come on, Game Freak dari jumlah Resource sama modal jelas lebih unggul dari Pocket Pair, tapi kenapa mereka masih Stunting? Bayangkan kalo tiba-tiba Game Freak henshin bikin gim Pokemon Next-Gen modelnya sudah mendekati Monster Hunter, kwkwkwkwkwkwk… ngayal dikit lah

But seriously, kalo Nintendo dan Game Freak bener-bener respek fanbase Pokemon, sudah waktunya mereka memberikan inovasi serta hasil karya terbaik di level berikutnya. Bisa kebayang kan, kalo akhirnya Pokemon menghasilkan mahakarya yang tak hanya mencetak keuntungan besar tapi juga memuaskan fantasi para pemujanya, pasti pecah semua rekor-rekor yang ada.

Yup, sekilas itu aja review Palworld kali ini dibandingkan Pokémon yang benernya ga mirip dari gameplay-nya. Kalo misalnya nih review asal2an aja banyak yang suka, saya bakal lanjutkan bikin guide dan konten yang lebih bagus lagi, amiiiiin

Baca Juga: Review Pokemon Unite (tawuran pokemon ala Mobile Legend)

P.S.: Kalo menurut saya sih, bodo amat franchise mana yang bakal menguasai pasar, it’s free market after all, monopoly breeds stagnation, competition breeds creativity, yang penting sih genre Monster Collector terus berevolusi menjadi lebih baik, ga cuma money milking doang tapi aspek permainannya juga semakin inovatif.

P.S. 2: Saya maennya dari PC Game Pass, jadi ada sedikit perbedaan dari versi steam, jadi harap maklum. Soalnya di PC Game Pass saya cuma jajal2 game aja.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *